Get Your Success here. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS
Hai all! Blog "Reach Your Dream" berisi kumpulan berbagai macam karya tulisku. Semoga dapat berguna bagi kalian semua. Enjoy your time here ^^

Laman

Cerpen "Selamat Tinggal Patah Hati"


Hai semua, kali ini aku mau ngepost cerpen nih. Kalau ceritanya aneh, harap makhlum yaa masih amatiran. Jangan lupa tinggalkan comment guys. Langsung aja deh, cekidot :)

Selamat Tinggal Patah Hati
           
Mendungnya langit seakan turut merasakan kesedihanku saat ini. Kesedihanku yang sungguh menyakitkan. Entah sedalam apa luka yang kurasakan saat ini. Aku tak mengerti mengapa harus seperti ini? Apa semua lelaki hanya dapat menyakiti perasaan wanita? Ah, entahlah aku tak dapa
t memikirkan hal itu. Saat ini aku hanya berusaha untuk menenangkan pikiranku yang kacau. Putri jadian dengan Adit, Putri jadian dengan Adit, Putri jadian dengan Adit kata-kata itu terus berputar di pikiranku. Aku merasakan sesuatu yang hangat mengalir dipipiku, tak terasa air mataku mengalir begitu saja. Aku tak dapat membendung air mataku ini. Semua keluar begitu saja.
“Ribka, kamu ngapain di lorong sekolah sendirian sampek jam 5 sore gini?” Tanya Radisya sahabat karibku yang kerap kupanggil Disya itu.
Aku tak menjawabnya, duduk terdiam di pojok sekolah sambil memeluk kedua lututku dan menenggelamkan kepalaku diantara keduanya.
“Ribka? Ka…ka..mu nangis ya?” nada bicara Disya mulai tampak khawatir melihat aku terisak sesenggukan dengan nafas yang tak teratur.
Aku tetap tak menjawabnya, pikiranku sangat kacau saat ini. Bayang-bayang Adit muncul kembali di pikiranku. Hatiku seperti tertohok ketika aku meningat ucapan Putri tadi siang. “Hei Rib, tau nggak? Aku udah balikan lho sama Adit. Aaahh dia so sweet banget, dia ngajak aku balikan di Taman Pelangi Monjali sambil ngasih mawar, terus nyanyiin lagu I’m Yours pake gitarnya, terus…..” terus dan terus, muak aku dengan perkataan Putri. Kenapa dia selalu membuat orang lain bersedih? Radisya dan Dera sahabatku, juga sempat seperti ini karenanya dan saat ini aku yang harus merasakan sakit.
Entah apa namanya, karena baru pertama kali aku merasakan sakit sedalam ini. Cemburu? Bukan, mungkin patah hati. Ya itu yang kurasakan saat ini.
“Ribka kok gak jawab sih? Kamu kenapa sayang?” Tanya Disya kembali seraya memeluk tubuhku yang gemetar.
“Jawab dong sayang, cerita yuk sama Disya. Kamu ada apa? Kok sampek nangis begini? Lanjut Disya sambil mengelus rambut panjangku.
“A..aku hiks” tangisku semakin tak terkendali, aku tak dapat menahan air mataku ini
“Adit dis Adit” lanjutku dengan suara yang parau
Disya mendekatkan badannya ke arahku, seakan mengerti apa yang akan aku ceritakan kepadanya.
“Adit kenapa Rib?
“Adit balikan sama Putri.”
“Trus? Kamu cemburu?”
“Gak tau dis, tapi pokoknya sakiiit banget di sini” jawabku sambil menunjuk dadaku.
“Ya ampun, kok bisa sih? Gimana ceritanya? Cerita dong dari awal. Kamu nggak pernah cerita ke aku kalo kamu suka sama Adit.”
Benar kata Disya, aku nggak pernah cerita ke Disya tentang hal ini. Aku bingung harus memulai dari mana. Aku mengernyitkan dahi, mencoba mencari awal dari kasih ini. Yak saat hari pertama masuk sekolah. Wow ternyata sudah lama aku menyimpan perasaan ini kepada Adit. Sekitar satu setengah tahun, dan dengan mudahnya Putri merusak itu. Ah, sudahlah.
“Hhhhh” aku menghembuskan nafasku dalam-dalam, seolah siap untu memulai cerita kepada Disya.
“Jadi gini dis ceritanya……”
***Flashback : ON***
Hari ini adalah hari pertama aku masuk sekolah. Oleh karena itu aku memutuskan untuk menyusuri koridor sekolah. Setelah puas melihat-lihat halaman sekolah aku bergegas untuk melihat kakak kelas yang sedang bermain basket di lapangan. Tak ada yang menarik di sana. Sama seperti pemain basket sekolah lainnya. Eh tunggu tunggu tunggu, kakak kelas dengan nomer punggung 5 itu siapa ya? Ah tampan sekali ya Tuhan. Dengan postur tubuh yang tinggi, tegap, putih, rambut yang jabrik, dan tentunya dengan senyumannya yang sangat manis.
            “Ribka, ayo pulang. Kamu kemana aja sih, kita nungguin kamu dari tadi tau.” Kata Disya sahabatku yang berhasil membuyarkan lamunanku
            “Loh? Kalian masih nungguin aku? Ah thanks banget ya. Maaf deh aku kira kalian udah pulang.” Terangku kepada Dera dan Disya sahabat karibku
            “Iya nggak papa kok. Ya udah ayo pulang.” Ajak Dera
            “yuk”
            Kita bertiga memang sudah sahabatan dari hari pertama pendaftaran sekolah. Aku sungguh bersyukur kepada Tuhan karena telah mempertemukan kita bertiga. Entah mengapa aku merasa nyaman bersama mereka.
_keesokan harinya_
            “Dera, yang jalan berdua dengan Putri itu siapa sih?” tanyaku ragu          
            “Oh itu Adit Rib. Cowok populer di sekolah kita. Masak gak tau sih Rib?”
            Oh jadi Adit namanya. Tapi kok dia jalan berdua sama Putri?
            “Dia pacarnya Putri ya?” tanyaku penasaran
            “Iya. Kenapa sih Rib? Kamu suka yaa?”
            “Hah? Enggak lah, cuma sebel aja kayaknya dia orangnya songgong gitu deh.” Jawabku ngeles
            “Hahaha gitu gitu yang ngantri banyak tau Rib. Mantannya aja udah nggak bisa diitung pake jari lagi. Heuh banyak banget deh.”
            “Dih lebay.”
            Aku hanya melongos mendengar penjelasan Dera. “Jadi kakak kelas yang bernomor punggung 5 kemarin itu Adit namanya, pacarnya Putri teman sekelasku. Duh, kok ada rasa kecewa ya. Nyesek. Ah apaan sih, aku nggak boleh suka sama dia. Adit itu playboy Ribka, buktinya mantannya aja buanyak banget. Kamu pasti bisa nglupain Adit” Batinku meyakinkan diriku sendiri untuk melupakan Adit.
            Semakin aku berusaha melupakan Adit, rasa suka itu semakin bertambah. Hari demi hari aku merasa semakin suka dengannya. Dengan senyumnya, dengan perhatiannya kepadaku. Entah aku yang keGRan atau memang sikap dia yang selalu begitu kepada setiap perempuan.
            “Apa Dis? Adit putus sama Putri?” tanyaku tak percaya dengan penjelasan Disya barusan
            “Iya katanya Putri sih gitu. Biasalah Adit kan emang demen banget gonta-ganti pacar. 2 hari diputusin trus ganti yang lain, nanti kalo udah bosen juga pasti diputusin lagi, dan dengan mudahnya ganti pacar lagi. Memang Playboy cap jempol dia tu.” Terang Disya kepadaku
            Jadi mereka sudah putus. Ada perasaan senang tapi juga ada perasaan takut. Aku takut jika aku semakin menyukainya. Sepengetahuanku perilaku Adit sehari-hari tidak sama seperti yang diceritakan teman-temanku.
            Aku bersyukur karena semakin hari aku bisa semakin dekat dengan Adit. Karna Adit beragama Khatolik, dan aku beragama Kristen jadi kita sering ketemu saat pelajaran agama. Karna jika guru agamaku tidak datang, maka aku harus bergabung dengan teman-teman agama Khatolik yang kebetulan jam pelajaran kelas 7 dan 8 tabrakan makanya aku bisa sekelas dengan Adit. Walaupun dalam sekelas itu ada Putri juga.
            Suatu hari, Adit memberikan secarik kertas yang berisi sebuah puisi. Isinya seperti ini
Kamu

Apa pernah kamu mendengar cinta
yang  tak bersuara meneriakkan
manisnya kesedihan ?
itulah aku yang ada di kamu
pada sebilah cinta
yang tlah menggores hati
sedalam dalamnya …

saat matamu terjemahkan rindu
aku kian terpesona padamu
dan pada cantiknya dirimu
hei rindu aku cinta padamu
               
                Sungguh aku sangat tersentuh dengan puisi itu. Secarik kertas itu selalu aku simpan di dalam dompetku. Hari demi hari aku dan Adit semakin dekat, rasa sayangku ke diapun semakin lekat. Tapi tak lebih dari seorang teman dekat.
            Hingga aku mendengar kabar dari Putri jika mereka telah menjalin hubungan kembali. Kabar itu sangat menusuk hatiku. Sakit, tak kusangka Adit berbuat begitu kepadaku. Memberi harapan palsu. Jujur, aku sungguh berharap dapat menjalin hubungan lebih dari seorang teman dekat. Tapi mengapa ini semua berhenti begitu saja karena kehadiran Putri? Cukup sudah aku dipermainkan oleh mereka. Cukup dengan menghancurkan hatiku menjadi serpihan luka dalam ini.
***Flashback : Off***
            “Jadi gitu dis ceritanya. Huweee, sakit dis. Kenapa aku nggak dengerin kata-kata kalian. Aku nyesel dis.” Terangku dengan mata yang berkaca-kaca
            “Udahlah Rib, cinta itu kan nggak harus memiliki. Eh tapi aku yakin deh, perasaanmu itu bukan cinta tapi cuma sekadar kagum atau tertarik aja sama Adit. Karena cinta itu sesuatu yang murni, putih, tulus, dan datangnyapun secara tak disengaja. Mencintai seseorang berbeda dengan tertarik. Cinta itu berarti memberikan kasih sayang. Kita bisa menyayangi seseorang tanpa mencinta, tetapi kita tidak bisa mencintai seseorang tanpa menyayangi. Lagian kalo kamu suka Adit, Aditnya juga suka kamu trus Adit nembak kamu, kamu mau jadian sama dia?” Tanya Disya
            “Umm, mau nggak ya?” jawabku bingung walaupun dalam hati yang terdalam ingin rasanya aku melontarkan kata iya
            “Yaelah Ribka sayang, kita itu masih kecil. Masih anak kelas 7, banyak yang harus diurusin dari pada pacaran. Lagian pacaran itu adalah masa serius untuk mempersiapkan diri menjalin hubungan lebih jauh yaitu pernikahan. Emang kamu mau nikah sekarang? Enggak kan? Ya udah mendingan mulai sekarang kamu doa’in dulu buat jodohmu. Supaya besok kalau udah tepat waktunya, kamu diberikan Tuhan lelaki yang takut akan Allah, rajin, sayang sama keluarganya, dll. Mau nggak?”
            Aku hanya mengangguk mendengar penjelasan Disya yang tak kalah panjangnya dengan Kereta Pramex. Tapi setelah aku renungkan, benar kata-kata Disya. Kita ini masih remaja yang kalo dibilang masih labil. Jadi kalau untuk menjalin hubungan pacaran pasti belum sanggup. Buktinya teman-temanku di kelas yang sudah pacaran terbukti nilainya kurang memuaskan, termasuk Putri. Aku mencoba menarik nafasku dalam-dalam, menenangkan pikiranku, melepaskan luka yang kurasakan. Aku sungguh bersyukur mempunyai sahabat seperti Disya. Dia selalu ada disaat suka maupun duka, selalu menghiburku ketika aku sedih dan membantu aku ketika terjepit kelam permasalahan. Pokoknya Disya itu always knowing me and be on my side forevermore J
            “Ya udah pulang yuk Rib, udah gelap nih. Udh jam 7 lho. Nggak terasa ya.” Kata Disya sambil melihat jam tangannya.
            “Gimana kalau sekarang kita beli es krim? Kamu udah enakan kan Rib?”
            Aku mengangguk mantap dan menunjukkan deretan behel hijau digigiku dengan sumringah setelah mendengar kata es krim.
            “Ciyeh yang tadi mewek sekarang udah ceria nih ceritanya? Udah move on ya? Cepet banget sih, haha. Tuh kan Rib aku yakin deh kamu pasti cuma sekadar kagum aja kan? Buktinya dalam waktu 2 jam aja udah bisa nglupain Adit. Iya kan?”
            “Haha iya juga ya, lagian ngapain ngurusin hal kayak gitu, mending ngurusin tugas B.Indonesia yang bejibun banyaknya *eh” terangku kepada Disya
            “Hahah, ya udah pulang yuk” ajak Disya seraya bangun dari duduknya
            Aku bangkit berdiri sambil mengikuti langkah Disya. Diam-diam mengambil secarik kertas pemberian Adit dari dalam dompet ku dan merobeknya menjadi beberapa bagian, dengan tenang aku berkata “Selamat tinggal Broken Heart…..”
-The End-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 Comment: